RADIKALISME MENGANCAM ANAK MUDA! MARI MELIHAT SEJENAK KILAS BALIK RADIKALISME DI INDONESIA

 Laporan Global Index Terrorism (GTI) tahun 2020 yang dirilis oleh Institute for Economics and Peace (IEP), Indonesia menempati peringkat 37 dalam skala global dengan skor 4.629 dari 135 negara yang terdampak oleh terorisme. Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia menduduki posisi ke-4 dalam indeks tersebut.

Dari data tersebut terlihat bahwa Indonesia mengalami beberapa rentetan peristiwa kejadian, yakni diawali pada tahun 2002 terjadi bom bunuh diri di Bali, dua bom tersebut meledak di Kuta. Satu bom meledak di dalam klub malam Sari, dan yang lainnya di dekat Paddy's Pub. Serangan ini menewaskan 202 orang, sebagian besar adalah warga asing, dan melukai ratusan orang lainnya. Kejadian selanjutnya terjadi pada tahun 14 Januari 2016, terjadi serangan bom bunuh diri di kompleks Sarinah, Jakarta, Indonesia. Pelaku yang membawa granat dan senjata api tidak diketahui jumlahnya. terdapat tujuh orang yang terlibat. Ledakan pertama terjadi di tempat parkir Menara Cakrawala, di depan gerai Starbucks. Tiga ledakan di pos polisi dan dua di dalam gerai Starbucks menyebabkan kematian warga sipil. Polisi menembak mati tiga pelaku, menangkap dua, sementara lainnya tewas dalam ledakan bunuh diri. Beberapa anggota kepolisian juga menjadi korban. 

Kejadian bom bunuh diri juga terjadi pada tahun 28 Maret 2021, ledakan terjadi di Gereja Katedral Makassar. Akibat kejadian itu, dua orang yang diduga pelaku dilaporkan tewas, serta 20 orang terdiri dari warga, petugas keamanan gereja, dan jemaat mengalami luka akibat ledakan. Akibat kejadian itu, dua orang yang diduga pelaku dilaporkan tewas, serta 20 orang terdiri dari warga, petugas keamanan gereja, dan jemaat mengalami luka akibat ledakan. Mereka pun dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.


Latar Belakang Radikalisme di Indonesia

Indonesia mengalami ancaman radikalisme yang kompleks, yang bersumber dari sejumlah faktor yang saling terkait. Pertama, jejak sejarah kolonialisme, khususnya penindasan yang dialami di bawah kekuasaan Belanda, telah meninggalkan luka dan ketidakpuasan dalam masyarakat. Kedua, ketidakadilan sosial dan ekonomi yang masih merajalela di berbagai wilayah di Indonesia menjadi pemicu utama ketegangan sosial. Selain itu, kurangnya akses pendidikan yang merata dan berkualitas seragam juga menjadi tantangan serius, memungkinkan penyebaran paham radikal tanpa hambatan. Konflik identitas dan agama yang terkadang memicu ketegangan juga memperkuat persepsi kelompok radikal contohnya seperti gerakan islam radikal. Kemunculan gerakan islam radikal di Indonesia disebabkan oleh dua faktor; Pertama, faktor internal dari dalam umat islam sendiri yang telah terjadi penyimpangan norma-norma agama. Kedua, faktor eksternal di luar umat Islam, baik yang dilakukan penguasa maupun hegemoni Barat, seperti kasus gerakan Warsidi, Salaman hafidz dan Imron atau yang dikenal sebagai komando Jihad telah membangkitkan radikalisme di Indonesia.

Di sisi lain, aksi terorisme di Indonesia saat ini memang tengah menurun sejak awal tahun 2000-an. Namun akar terorisme, yaitu radikalisme agama, tetap tumbuh subur dan mendapatkan posisi di sebagian masyarakat. Selain radikalisme agama, aksi teror juga masih berisiko muncul akibat gesekan-gesekan lainnya, seperti anti persatuan, separatisme, dan lain-lain. 


Langkah Memerangi Radikalisme di Indonesia

Seorang mahasiswa di Malang ditangkap Densus 88 Antiteror senin, 23 Mei 2023. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Ahmad Ramadhan dalam konferensi pers menyampaikan IA diduga berperan mengumpulkan dana untuk membantu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia. Dia juga diduga mengelola media sosial untuk menyebarkan materi propaganda ISIS dan tindak pidana terorisme.

Kejadian tersebut menunjukkan akar-akar radikalisme pun dapat leluasa masuk mempengaruhi pemikiran generasi muda. Maka perlu beberapa langkah strategis untuk memerangi hal radikalisme. Dalam konteks ini, nilai-nilai Pancasila menjadi penting dalam menanggulangi radikalisme beragama di Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara berarti sesuatu pemikiran yang mengandung nilai-nilai dasar yang harus dipegang teguh oleh seluruh warga negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, dan persatuan menjadi landasan yang kuat untuk menanggulangi radikalisme beragama. Selain itu, agama juga memiliki peran penting dalam menanggulangi radikalisme beragama. Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang dapat membentuk karakter dan perilaku yang baik pada umatnya. Agama juga mengajarkan toleransi dan menghargai perbedaan, sehingga dapat membantu mencegah terjadinya radikalisme beragama. amun, perlu diingat bahwa radikalisme beragama bukan hanya masalah agama semata, tetapi juga masalah sosial dan politik. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pencegahan dan penanganan kasus radikalisme beragama yang lebih efektif dan terintegrasi. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga agama perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. 

Dalam wawancara khusus Wapres Ma'ruf Amin tentang radikalisme dengan Ayomi Amindoni, Endang Nurdin, Dwiki Marta dan Anindita Pradana dari BBC News Indonesia di kantornya, Rabu (30/11), Wakil Presiden Ma'ruf Amin berjanji untuk menangani deradikalisasi terhadap perempuan dan anak-anak, setelah kelompok teroris Jamaat Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS, mengerahkan perempuan dan anak-anak untuk melakukan serangan teror dalam dua tahun terakhir. Beliau berpendapat “Penanggulangan radikalisme itu harus dilakukan secara komprehensif, dari hulu ke hilir, dan juga struktural maupun kultural. Karena itu tidak hanya menangani dari hilir, yaitu deradikalisasi, tapi juga harus merupakan penangkalan. Kontra-radikalisme untuk mencegah orang-orang supaya tidak terpapar, jadi pencegahan. Kemudian, bagi mereka yang terpapar dilakukan deradikalisasi supaya mereka kembali kepada jalan benar, kepada cara berpikir yang benar, kepada komitmen kebangsaan yang benar, yang kita ingin bangun seperti itu.”Dalam wawancara tersebut Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga memberikan langkah kongkrit untuk deradikalisasi yaitu dengan menyangkut semua aspek. Dalam aspek pendidikan dimulai dari kita sudah harus lakukan, sebab pendidikan merupakan jalur yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal. Dari mulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama, bahkan sampai ke perguruan tinggi. Di perguruan tinggi juga sudah banyak terpapar radikalisme. Selanjutnya jalur keagamaan, supaya masyarakat Indonesia meluruskan pemahaman keagamaannya, supaya tidak salah memahami. Kemudian, jalur kepegawaian, ASN (aparatur sipil negara). Bagi mereka yang masuk ASN harus steril dari radikalisme, jadi tidak begitu saja bisa masuk. Kemudian juga, jalur yang menyangkut pihak-pihak yang bergerak di bidang kemasyarakatan, baik itu dakwah, komunitas politik, komunitas sosial dapat menjadi bagian yang harus kita tangkal supaya masyarakat tidak terpapar radikalisme. Jadi jalur-jalur itu harus kita lakukan. Maka dari itu pemerintah harus menjadikan radikalisme sebagai arus utama penanganannya. Oleh karena itu, kita hanya berharap pencegahan dari beberapa instansi yang terkait dapat membantu menurunkan tingkat radikalisme di Indonesia. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel Bumi Series BULAN